The Effectiveness of Implementing Criminal Sanctions as the Last Resort (Ultimum Remedium Principle) in Excise Crimes as an Effort to Recover State Revenue Losses
DOI:
https://doi.org/10.56087/z9psr097Keywords:
Ultimum remedium, excise law, tobacco regulation, criminal policy, restorative justice.Abstract
The application of the ultimum remedium principle in excise-related criminal acts, particularly in the tobacco product sector, reflects a shift towards a more proportional and restorative approach in Indonesian criminal policy. This principle prioritizes administrative and civil measures before resorting to criminal sanctions, aiming to balance law enforcement objectives with economic stability and business sustainability. In the context of tobacco excise, the ultimum remedium approach has been utilized to minimize the negative impacts of excessive criminalization on the national economy, especially on the tobacco industry which significantly contributes to state revenue and regional employment. By implementing administrative sanctions, such as fines or permit revocations, as initial enforcement measures, law enforcement authorities can provide an opportunity for compliance improvement without immediately imposing imprisonment. However, in cases of repeated violations or severe breaches, criminal sanctions remain applicable as a deterrent. This approach aligns with restorative justice principles and supports the optimization of tax revenue collection while preserving fairness and legal certainty. The study underscores that the success of applying the ultimum remedium principle depends on clear regulatory frameworks, consistent enforcement, and inter-agency coordination. Ultimately, this policy serves as a strategic instrument in harmonizing fiscal policy, legal enforcement, and socio-economic interests within Indonesia’s excise regime
References
Al-Hakiem, M. (2020). Ekonomi Islam dan Regulasi Konsumsi. Jakarta: Prenadamedia Group.
Bea Cukai. (2023). Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 2023. Jakarta: Kementerian Keuangan RI.
Bea Cukai Sulbagsel. (2024). Laporan Operasi Gempur 2024. Makassar: Kantor Wilayah DJBC Sulawesi Bagian Selatan.
Harahap, Z. (2022). Kebijakan Hukum Pidana dalam Penegakan Hukum Administrasi. Jakarta: Prenadamedia Group.
Haryanto, T. (2021). Budaya hidup sehat dan pengendalian konsumsi rokok di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 16(2), 115–124. https://doi.org/10.15294/kemas.v16i2.27023
Hidayat, R. (2023). Kebijakan ultimum remedium dalam penegakan hukum cukai: Studi implementasi PP 54 Tahun 2023. Jurnal Hukum dan Kebijakan Publik, 8(1), 45–62. https://doi.org/10.35706/jhkp.v8i1.456
Huda, N. (2020). Perbedaan Pajak dan Cukai dalam Perspektif Hukum Keuangan Negara. Jurnal Hukum dan Ekonomi, 12(2), 145–160.
Kelman, H. C. (2006). Compliance, identification, and internalization: Three processes of attitude change. Journal of Conflict Resolution, 2(1), 51–60. https://doi.org/10.1177/002200275800200106
Kementerian Keuangan. (2023). Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun 2023. Jakarta: Kemenkeu RI.
Kementerian Keuangan RI. (2023). Statistik Penerimaan Cukai 2023. Jakarta: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Kurniawan, A. (2022). Dinamika penegakan hukum terhadap peredaran barang kena cukai ilegal. Jurnal Penegakan Hukum Indonesia, 4(3), 233–249. https://doi.org/10.22225/jphi.4.3.233-249
Marzuki, P. M. (2020). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Kencana.
Muladi, & Priyatno, D. (2010). Pertanggungjawaban pidana korporasi. Bandung: Alumni.
Muladi, & Arief, B. N. (2010). Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. Bandung: Alumni.
Muladi. (2019). Kebijakan Kriminal: Pendekatan Integral Penal Policy. Bandung: Alumni.
Pengadilan Negeri Parepare. (2024). Putusan Nomor XX/Pid.Sus/2024/PN Parepare. Parepare: PN Parepare.
Prasetyo, Y. (2024). Evaluasi implementasi PMK 237/PMK.04/2022 dalam penegakan hukum cukai. Jurnal Administrasi Publik dan Kebijakan, 12(1), 77–91. https://doi.org/10.25157/japk.v12i1.1123
Republik Indonesia, (1995). Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3613.
Republik Indonesia, (2007). Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai. (2007). Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4755.
Republik Indonesia, (2021). Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan. (2021). Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6736.
Saputra, W. (2023). Tantangan sarana prasarana dalam penegakan hukum cukai hasil tembakau. Jurnal Manajemen dan Kebijakan Publik, 9(2), 201–215. https://doi.org/10.22236/jmkp.v9i2.456
Setiawan, A. (2018). Sejarah Penerapan Cukai di Indonesia. Jurnal Sejarah Ekonomi Indonesia, 5(1), 23–40.
Simanjuntak, D., & Wibowo, B. (2021). Efektivitas Sanksi Pidana dalam Pemulihan Kerugian Negara di Bidang Cukai. Jurnal Hukum dan Pembangunan, 51(3), 421–440.
Soekanto, S. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Siahaan, N. H. T. (2021). Hukum Pajak dan Cukai di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Simanjuntak, B. (2022). Asas Oportunitas dalam Penuntutan di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ten Berge, J. B. J. M. (2018). Administrative Sanctions in Environmental Law. Den Haag: Kluwer Law International
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 David Munsir, A. Muin Fahmal, Kamri Ahmad

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.